Rabu, 11 April 2018

Makalah Penamaan Asal Usul Desa Totolisi Sendana, Majene (Sul-Bar)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar  Belakang
Sejarah lokal daerah memiliki karakteristik serta keunikan yang berbeda di masing-masing daerah. Sejarah daerah tidak akan terlepas dari cerita-cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi, termasuk dengan kebudayaan yang didalamnya terdapat nilai dan norma serta menjadi warisan sosial dan hanya akan dimiliki oleh  warga masyarakat pendukungnya dengan jalan mempelajarinya melalui pengalaman hidup dengan lingkungannya, petunjuk-petunjuk simbolis maupun komunikasi simbolik.
      Begitupun dengan masyarakat mandar. Khususnya di daerah Sendana sebagai salah satu kecamatan di Majene Sulawesi Barat yang sarat dengan sejarah serta kebudayaan yang masih dapat kita jumpai dibeberapa tempat sampai sekarang. Olehnya itu sejarah lokal merupakan hal yang sangat kompleks dan memiliki banyak aspek dari keseluruhan pengalaman di masa lalu meliputi aspek sosial budaya, bahasa, politik, agama, batas wilayah dan lain-lain dalam suatu wilayah tertentu.
       Dengan demikian penulis mencoba menggali dan mengkaji salah satu desa tempat kelahiran pemakalah sendiri yaitu Asal usul Desa Totolisi Sendana  berdasarkan sumber-sumber lisan dan  tulisan cerita-cerita rakyat Sulawesi Barat.
1.2 Rumusan Masalah
      Dari paparan di atas, dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai  berikut:
1)      Bagaimana sejarah umum Desa Sendana?
2)      Apa yang melatarbelakangi asal mula penamaan Desa Totolisi Sendana?
3)      Bagaimana sistem sosial dan perkembangan masyarakat Desa Totolisi Sendana?
1.3  Tujuan Penulisan

1)      Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Sosial Budaya.
2)      Untuk menambah pengetahuan tentang sejarah suatu Desa.
3)      Untuk melestarikan tradisi yang hampir punah.

1.4  Manfaat Penulisan

1)      Bagi penulis dapat memperoleh pengetahuan mengenai sejarah penamaan desa tempat kelahiran serta melestarikannya sebagai bukti kecintaan pada daerah sendiri.
2)      Bagi pembaca dapat menambah wawasan mengenai asal usul serta kebudayaan Suku Mandar khususnya Desa Totolisi Sendana.

1.5  Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan, penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut:
1)      Metode kepustakaan
Metode ini sangat penting untuk mengetahui teori-teori atau konsep-konsep yang sesuai dengan obyek yang diteliti. Teori-teori ini didapatkan dari buku-buku, majalah, dan informasi dari internet yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. Disamping itu metode kepustakaan sangat membantu dalam pengumpulan data, seperti data penduduk, luas wilayah dan sebagainya.







2)      Metode Lapangan
Dalam penggunaan metode lapangan ada beberapa cara atau teknik yang digunakan penulis untuk mendapatkan informasi serta terjun langsung ke obyek yang diteliti, teknik tersebut adalah:
a.       Observasi lapangan
Observasi dilakukan pada tempat-tempat yang ditentukan dengan hasil penjajakan lapangan.
b.      Wawancara
Wawancara dilakukan dengan beberapa sesepuh di Desa Totolisi Sendana serta warga masyarakat yang berhubungan langsung dengan obyek yang diteliti.
c.       Rekaman
Untuk meperlancar jalannya wawancara, penulis menggunakan pula alat elektronik berupa rekaman.
d.      Validasi data
Validasi data sangat diperlukan dalam penelitian agar diperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.









BAB II
Kajian Penamaan Desa
2.1  Sejarah Umum Daerah Sendana
           Kerajaan sendana, kerajaan di daerah Mandar. Tergabung dalam persekutuan Pitu Baqbana Binanga (tujuh kerajaan di muara sungai) dengan status sebagai Ibu (Kerajaan Balanipa sebagai Bapak). Sendana di temukan oleh Daeng Tumana Tomakaka Tabulahang dari Pitu Ulunna Salu (tujuh kerajaan di hulu sungai). Adik kandung Daeng Tumana bernama Daeng Palulung yang memperistrikan Tomesaraung Bulawang puteri Raja Bone datang bermukim di Saqdawang (daerah Sendana). Daeng Palulung dan Tomesaraung bulawang adalah raja dan permaisuri pertama Kerajaan Sendana menurut A.M.Mandra.
            Daeng palulung di tempat itu Buttu Soso’ (Saqdawang) di daerah Somba Sendana,  mendirikan Kerajaan Sendana sekitar abad ke-9 Miladiyah dengan gelar Arayang di Sendana. Cakkuriri panji kerajaan di ambil alih di batas Mamuju. Batas-batas Kerajaan Sendana yaitu sebelah utara berbatasan dengan Malunda, sebelah timur berbatasan dengan daerah Lembang Mapi, sebelah selatan berbatasan dengan Kerajaan Pamboang dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar.
      Pada masa Daeng Palulung-Tomesaraung Bulawang menjadi”Puatta” sampai istana raja berdiri di Saqadawang. Mulai saat itu di kenal istilah Tomemmara-maraqdia (orang yang ingin menjadi raja) yang akhirnya menjadi Maraqdia (Raja) dan meningkat lagi menjadi Arayang (Kerajaaan). Istilah dan fungsi Pappuangang dan Puatta masih tetap ada sebagai hadat yang mempunyai tugas pokok badan “legislatif” sekaligus memimpin daerah dan penduduk asli daerah.



2.2 Latar Belakang Nama Desa Totolisi Sendana
        Penamaan Desa Totolisi tidak dapat terlepas dari sejarah kerajaan Sendana. Berawal dari datangnya To Saragiang atau lebih dikenal dengan To Ala’ dari pegunungan Balanipa (ada pula yang berpendapat bahwa suku To ala’ ini adalah leluhur orang Toraja) yang berkunjung ke kerajaan Sendana untuk silaturahmi dengan Maraqdia Sendana (Raja Sendana) yang merupakan persekutuan kerajaan-kerajaan Pitu Baqbana Binanga ( Tujuh kerajaan di Muara Sungai).
        Setelah beberapa lama tinggal disana, kemudian To ala’ berencana kembali ke kampung halamannya (Lisu), namun kepergiannya tersebut tidak disetujui oleh Maraqdia Sendana (Raja Sendana) lalu kemudian Maraqdia berjanji akan memberikan jaminan bahwa ia tidak akan dijadikan budak dan akan dimerdekakan serta memberikannya tanah yang cukup luas untuk ditempati. Kemudian To ala’ mengurungkan niatnya untuk kembali, dan memutuskan untuk menetap didaerah baru tersebut lalu menikah dengan penduduk asli daerah tersebut yakni Totolisi yang berasal dari kata To lisu (Orang yang akan kembali ke kampung halamannya). Kemudian dihaluskan atau dirubah sesuai dialek mandar dan disinilah cikal bakal penamaan desa Totolisi menurut penuturan dari Bapak Yasma, mantan kepala dusun Totolisi Selatan (yang juga merupakan keturunan asli penduduk Totolisi).
       Dahulu sebelum menjadi Desa, dusun Totolisi terbagi-bagi menjadi beberapa tempat dengan nama-nama yang berbeda yakni di bagian selatan disebut dengan Baluno, kemudian dibagian utara Baluno berbatasan dengan Marrambaolu kemudian Marrambaolu berbatasan dengan Banua-banua lo’beq lalu dibagian paling utara berbatasan dengan Parappeq.  Sebutan Totolisi dahulu hanya disematkan pada daerah Baluno saja, kemudian lambat laun wilayah Totolisi meluas hingga sampai ke perbatasan Parappeq bagian utara, dan sejak saat itu nama Totolisi dijadikan sebagai sebuah dusun serta saat ini sudah menjadi salah satu Desa di Kecamatan Sendana, Majene Sulawesi Barat.

2.3  Kondisi Sosial serta Perkembangan Masyarakat Desa Totolisi Sendana
A.   Pemerintahan
1)   Sebelum masa kemerdekaan
    Masyarakat mandar menerapkan sistem pemerintahan monarki (kerajaan). Dalam hal ini Desa Totolisi Sendana merupakan bagian kekuasaan wilayah Kerajaan Sendana yang dipimpin oleh seorang Maraqdia (Raja). Umumnya para raja (Maraqdia) di bantu oleh suatu badan mejelis yang memiliki anggota tertentu yang disebut Ada’ Sappulo Da’dua Sokko’ (Adat duabelas orang) yang kemudian ditugaskan untuk memimpin wilayah dan setiap wilayah dipimpin oleh paqbicara yang bertugas sebagai pemimpin (legislatif) dan pemangku adat wilayah tertentu. Dalam Mandar dikenal empat kasta sosial masyarakat sebagai berikut:
a)      Maraqdia  adalah Raja atau pemimpin kerajaan.
b)      Pappuangan adalah Pemangku adat dimasing-masing daerah kekuasaan kerajaan.
c)      To dziang Layyana  orang yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Maraqdia.
d)     Tau batua adalah budak.
e)      Tau Maradika adalah orang yang merdeka, tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan Maraqdia dan juga bukan budak.
         
2)    Sesudah masa Kemerdekaan
             Sistem pemerintahan masyarakat Mandar berubah menjadi sistem pemerintahan Demokrasi yang masuk dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan secara otomatis kerajaan-kerajaan yang ada dihapus, namun gelar Maraqdia dan Pappuangan masih tetap ada sampai sekarang, gelar dzaeng sekarang diartikan sebagai keturunan Maraqdia (Raja), serta gelar puang adalah keturunan dari pappuangan (pemangku adat).
                Desa Totolisi Sendana adalah salah satu Desa di Kecamatan Sendana, Majene, Sulawesi Barat yang  merupakan hasil pemekaran dari Desa Sendana yang baru berpisah dan terbentuk  sejak tahun 2010. Desa Totolisi Sendana terdiri dari empat dusun yakni dusun Totolisi selatan, Totolisi, Totolisi tengah dan Totolisi utara.
  Sejak ditetapkannya sebagai salah satu Desa di Kecamatan Sendana, Desa ini baru memiliki 1 Kepala Desa sebagai berikut:
No
Kepala Desa
Masa Jabatan
1
Abdul Kadir
2010 – 2015
2
(Masih dalam tahap pemilihan)
-

Adapun kepala Dusun Totolisi Sendana sebagai berikut:
No
Kepala Dusun
Dusun
Masa Jabatan
1
Saeri
Totolisi Selatan
2010- 2015
2015 -2020
2
Saipul
Totolisi
2010 - 2015
2015 - 2020
3
M. Ma’ruf, S.Pd.
Totolisi Tengah
2010-  2015
2015 - 2020
4
Rusman, S.Pd.SD.
Totolisi Utara
2010 - 2015
2015 - 2020

B.    Geografis

 Luas wilayah Desa Totolisi Sendana sekitar 1.825 km/ha, dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 berjumlah    1.536 Jiwa terdiri dari  344 kepala keluarga dan 432 rumah.  
.  Jarak Desa Totolisi ke Somba sebagai Kecamatan sekitar 7 km, dan jarak Totolisi Sendana ke Majene berjarak 38 km sedangkan jarak Totolisi ke Ibukota Provinsi Sulawesi Barat yakni Mamuju berjarak 125 km.

    Perbatasan wilayah Totolisi Sendana meliputi:
a)        Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Binanga
b)        Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Palipi
c)        Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pundau
d)       Sebelah Barat berbatasan dengan laut selat makassar
C.   Mata Pencaharian
    Dahulu pada masa awal kependudukan masyarakat Totolisi memiliki mata pencaharian sebagai petani dan bercocok tanam. Setelah masa penjajahan dan masa kemerdekaan mayoritas masyarakat Totolisi Sendana bekerja sebagai nelayan karena daerah Desa Totolisi berada di pesisir pantai, namun sebagian yang lain juga ada yang bekerja sebagai petani.  Sekarang ini sekitar 67% dari populasi penduduk memiliki mata pencaharian sebagai nelayan atau pelaut kemudian 26% adalah petani sedangkan 7% lainnya adalah Pegawai, Pedagang, Supir angkot, dan Tukang Bangunan. Desa Totolisi Sendana juga dikenal sebagai salah satu Desa penghasil ikan di Majene Sulawesi barat.
D.    Bahasa
        Tiap-tiap daerah di Mandar memiliki sub bahasa serta dialek yang sedikit berbeda dengan daerah mandar lainnya, namun sub kelompok bahasa mandar Baqbana Binanga (Wilayah Polewali sampai Majene) meliputi dialek Balanipa, Banggae, Pamboang dan Sendana dijadikan sebagai bahasa induk. Seperti  halnya masyarakat mandar pada umumnya, warga masyarakat Desa Totolisi Sendana menggunakan bahasa Mandar, namun ada beberapa sub bahasa, dialek dan logat yang sedikit berbeda dengan daerah mandar lainnya. Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa Mandar wilayah Sendana.
E.   Agama
         Kepercayaan Islam telah masuk ke daerah mandar semenjak masa sebelum penjajahan yakni sekitar abad ke-18 Masehi atau sekitar tahun1870-an. Pengaruh Islam masuk bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya kerajaan-kerajaan di mandar. Yang terkenal dengan petuahnya,”Keqdeangi sambayang lima wattu sawa’ iyamo tu’u pewongang diahera” ( Dirikanlah sholat 5 waktu karena itu sebagai amalan yang kita bawa ke alam baqa).  Sehingga sejak saat itulah sampai sekarang semua warga masyarakat Mandar pesisir pantai khususnya masyarakat Desa Totolisi Sendana beragama Islam tanpa terkecuali.
F.   Pernikahan
         Islam masuk ke kabupaten Majene terkhusus di Desa Totolisi Sendana dan berasimilasi dengan budaya lokal sehingga terwujudlah sistem perkawinan adat mandar, seperti pemakaian baju adat yakni  bayu pattu’du (pakaian khas pernikahan adat mandar), lipa’ saqbe (sarung saqbe), badawara (kain renda penutup kepala yang digunakan oleh wanita yang sudah bergelar haji) dan sokko’ bone  (songkok Bone) yang masih dipakai dalam prosesi pernikahan dan dilaksanakan serta dapat disaksikan sampai sekarang ini.
G.  Makanan khas
         Setiap daerah memiliki makanan khas masing-masing yang menggambarkan keunikan dan ciri khas dimasing-masing daerah.  Seperti masyarakat mandar pada umumnya makanan khas masyarakat Desa Totolisi Sendana yakni Jepa, buras, bau piapi, banggulung tapa,  sokkol lameayu, baye, golla kambu, buroccong dan lain sebagainya yang sama dengan daerah mandar lainnya yakni daerah Majene, Polewali dan sekitarnya.
H.    Sarana Pendidikan
Sarana Pendidikan terdiri dari :
1)      Taman Kanak-kanak :
-  TK Dewi Sartika
-     TK Pertiwi
2)       Sekolah Dasar :
-  SDN. No. 08 Totolisi Selatan
-     SDN. No. 21 Inpres Totolisi Utara
3)      -  MTs DDI Totolisi
I.   Sarana kemasyarakatan
1)  Kantor Lurah 1 buah
2)  Gedung Serbaguna 1 buah
3)  Puskesmas 1 buah
4)  Masjid :
-  Masjid Syuhada 45 dusun Totolisi selatan
-  Masjid Al-Musyahadah  dusun Totolisi
-  Masjid Nurul Jama’ah dusun Totolisi tengah
-  Masjid Nurul Iman dusun Totolisi utara
5)  Posyandu 4 buah di masing-masing dusun














BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
      Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa  penamaan Desa Totolisi tidak terlepas dari pemerintahan kerajaan Sendana, kata Totolisi berasal dari Tolisu (kembali ke kampung halaman) yang diubah sesuai dialek mandar, kemudian kata inilah yang disematkan pada sebuah tanah yang cukup luas yang kemudian daerah Totolisi meluas hingga dijadikan sebuah dusun. Pada awalnya Desa Totolisi tergabung dalam Desa Sendana yang kemudian pada awal tahun 2009 memisahkan diri dan membentuk pemerintahan Desa Totolisi Sendana. Kemudian seiring berjalannya waktu kondisi sosial dan budaya meliputi aspek mata pencaharian, pemerintahan, geografis, sarana dan prasarana dan lain sebagainya berkembang sesuai dengan keadaan zaman.
       Saat ini Desa Totolisi Sendana memiliki empat dusun yakni Dusun Totolisi selatan, Totolisi, Totolisi tengah dan Totolisi utara. Karena Desa ini masih baru maka diperlukan kerjasama yang kompak dari Kepala Desa serta perangkatnya dan masyarakat untuk membenahi dan memajukan Desa Totolisi Sendana ke arah yang lebih baik.
3.2 Saran
     Selayaknya generasi muda penerus bangsa harus mencintai dan menghargai kebudayaan lokal serta sejarah  daerah masing-masing. Sejarah sangat penting untuk diketahui karena sejarah dapat dijadikan pedoman untuk bercermin di masa depan. Saat ini banyak generasi muda yang tidak peduli dan tidak berminat dengan sejarah.
    Dengan demikian hendaknya untuk generasi selanjutnya dapat menumbuhkembangkan kecintaan dan kepedulian terhadap kebudayaan lokal dan sejarah, baik sejarah lokal, maupun sejarah lainnya untuk menambah wawasan serta ikut menjaga dan melestarikannya yang berguna bagi anak cucu kelak.
Daftar Pustaka
Ahmad. 2001. Sistem Upacara Tradisional Mandar. Makassar : Wilda Setiakarya.
H. Ahmad Asdy.2010. Ensiklopedi : Arti dan Makna Bahasa Mandar. Balanipa : Yayasan Maha Putra Mandar.
Ahmad Syarif Maulana. 2012. Makalah Asal usul Sejarah Desa Patobong Kec. Mattiro Sompe Kab. Pinrang. http://www.syarifshare.info/2012/06/makalah-asal-usulsejarah-desa-patobong.html (diakses 25 Desember 2015).

Danang H.S.U. 2014. Cara Membuat Makalah Asal Usul Desa : Laporan Penelitian Sejarah Asal Usul dan Perkembangan Desa Kancilan Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara. http://danangsusilo13.blogspot.co.id
(diakses 25 Desember 2015).

Hendy Indra Setiawan. 2010. Makalah Sejarah Desa Balupulang. http://hydrast88.blogspot.co.id/2011/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html (diakses 25 Desember 2015).
Wisnu Kawo. 2013.  Asal Usul Desa Gegelang Lingsar Lombok Barat.








LAMPIRAN




    













































Tidak ada komentar:

Posting Komentar